Thursday, May 31, 2007

Pindah Alamat Blog

Sejak Maret 2007 saya memutuskan untuk pindah rumah, eh salah, maksud saya pindah alamat blogs.

Saya pindah ke http://mertanus.wordpress.com karena menurut saya, fasilitas Wordpress lebih mumpuni dan OK punya jika dibandingkan blogger ini.

Silakan nantikan pemikiran saya melalui tulisan-tulisan yang akan di-upload di Wordpress. Tulisan-tulisan saya seputar sosial budaya, ular, sulap, bahasa, dan sastra.


Terima kasih,



Budy Snake

Magician & Snake Charmer

Wednesday, March 07, 2007

Garuda oh Garuda Indonesia

Hari ini saya bangun dengan keadaan terburu-buru karena terlambat dari rencana sebelumnya. Seperti biasa sarapan pagi saya untuk otak adalah membaca berita melalui media internet di meja kerja saya. Sambil minum air mineral saya pun membuka situs berita www.detik.com saya terkejut sesaat karena saya membaca salah satu berita tentang tragedi kecelakaan pesawat Garuda Indonesia yang berjudul “Garuda Terbakar di Bandara Adi Sucipto Yogyakarta”

Ada apa lagi dengan Garuda Indonesia?
Ada apa dengan maskapai penerbangan di Indonesia?
Apa yang terjadi dengan sistem transportasi di Indonesia?
Mengapa belakangan sering terjadi kecelakaan transportasi di Indonesia?
Itulah beberapa pertanyaan yang terlintas cepat di benak saya sambil melanjutkan membaca berita di situs lain.

Baru kemarin saya membaca berita tentang Garuda Indonesia rute Bangkok – Jakarta yang mengalami kerusakan mesin setelah terbang selama 30 menit sehingga pilot memutuskan kembali ke Bandara Suvarnabhumi di Bangkok. Kali ini saya lebih terkejut karena Garuda Indonesia kembali bermasalah sehingga menyebabkan kebakaran dan merenggut korban jiwa lebih dari 20 orang terbakar.

Belum juga pudar dalam ingatan saya tentang tragedi hilangnya pesawat Adam Air di perairan Majene 1 Januari 2007 silam. Walaupun setelah ditemukan titik kordinat lokasinya oleh tim Mary Sears bantuan dari Amerika namun bangkai pesawat tidak bisa diangkat karena keterbatasan biaya. Indonesia kembali dikejutkan pada tanggal 21 Februari 2007 lalu oleh tragedi Adam Air ke-2 yang mengalami hard landing di Surabaya. Belum hilang masa hebohnya tentang penerbangan swasta yang murah dengan standar keamanan yang dipertanyakan, kali ini Garuda Indonesia yang notabene milik BUMN dan memiliki harga tiket mahal pun terkena musibah yang merenggut banyak korban jiwa.

Akankah kecelakaan pesawat terbang akan kembali terjadi di Indonesia? Tidak ada orang yang mengharapkannya. Namun semua itu terpulang kepada para maskapai penerbangan dalam menjalani prosedur keamanan penerbangan. Apakah Departemen Perhubungan yang dalam hal ini sebagai regulator dapat memantau setiap maskapai dengan menindak tegas setiap pelanggaran?

Baru saja Ketua KNKT (Komite Nasional Keselamatan Transportasi), Marsekal Muda TNI Purn Tatang Kurniadi yang baru saja dilantik 5 Maret 2007 silam, beliau menargetkan penurunan tingkat kecelakaan hingga zero accident dengan program yang menjadi prioritasnya adalah memasyarakatkan safety culture. Namun musibah kecelakaan pesawat sudah terjadi kembali dengan adanya tragedi Garuda Indonesia GA 200 hari ini.



By: Budy Snake
Social Observer

Sunday, March 04, 2007

Mencoba Lubang Perawan ASYIK!

Malam ini saya bersama rekan saya mencoba lubang perawan. Jangan salah paham dulu, yang kami coba itu lubang perawan meja biliar... Kami mampir ke Marina Pool di Kelapa Gading. Tujuan utama ke tempat ini adalah mencoba lagi bermain biliar di meja lubang perawan. Ya, kami memang menyebutnya meja lubang perawan karena salah satu meja di Marina Pool diseting khusus dengan lubang yang sangat sempit.

Ini merupakan kunjungan ketiga buat saya. Kami hanya bermain 1,5 jam. Hanya beberapa kali permainan saja saya berhasil menguasai jalan bola, karena memang belum terbiasa dengan lubang yang sempit dan rail yang keras . Tidak mudah memang bermain di meja yang lubang sempit, boro-boro mau seting cue ball, bisa membidik object ball dengan baik pun sudah bagus, hehe...

Sayangnya tempat ini jauh dari lokasi tempat tinggal saya yang berada di bilangan Tomang. Sehingga apabila ingin berlatih di lubang perawan harus menempuh perjalanan yang jauh, belum lagi macet yang sering mengganggu.


By: Mr. Snaky
3 Maret 2007


 

Tuesday, February 20, 2007

Peraturan Baru Ditlantas Polda Metro Jaya

Awal bulan Desember 2006 ada peraturan baru yang dikeluarkan oleh Ditlantas Polda Metro Jaya khusus untuk sepeda motor. Peraturan tersebut adalah mewajibkan pengendara sepeda motor untuk menghidupkan lampu di siang hari. Aturan tersebut diberlakukan karena menurut pihak kepolisian tingkat kecelakaan sepeda motor dengan mobil di Jakarta tergolong tinggi. Diharapkan dengan adanya lampu motor yang dinyalakan, maka keberadaan motor akan lebih mudah terdeteksi oleh pengemudi mobil atau bus di depannya. Pro maupun kontra pun bermunculan di berbagai media sampe pembicaraan di warung kopi. Namun, aturan tersebut tetap diberlakukan dan dilakukan oleh pihak pengendara sepeda motor.

Belum juga habis masa hebohnya, sebuah peraturan baru kembali dikeluarkan oleh Ditlantas Polda Metro Jaya yaitu mulai bulan Januari 2007 disosialisasikan peraturan yang mewajibkan sepeda motor menggunakan jalur kiri. Aturan ini diberlakukan dengan dasar untuk mengurangi tingkat kemacetan di Jakarta. Aturan yang baru ini pun kembali menuai protes dari para pengendara sepeda motor. Namun lagi-lagi para pemilik sepeda motor harus tetap mengalah dan mengikuti aturan tersebut. Sampai akhirnya mulai bulan Februari 2007 diberlakukan dengan tegas, artinya yang melanggar langsung terkena tilang. Berbeda dengan masa sosialisasi yang hanya ditegur dan dihimbau saja.

Kedua peraturan baru yang telah saya jelaskan sekilas diatas membuat saya bertanya-tanya. Apakah betul selama ini tingkat kecelakaan sepeda motor karena pengendaranya tidak terlihat oleh pengemudi di depan?
Bukankah kecelakaan seringnya disebabkan oleh ulah pengemudi sepeda motor tersebut yang kurang berhati-hati? Bukankah sering terjadi kecelakaan sepeda motor karena kondisi dan sarana jalan yang tidak memadai?

Apakah betul selama ini Jakarta macet karena sepeda motor yang tidak selalu menggunakan jalur kiri? Apakah dengan diberlakukannya aturan tersebut dapat mengurangi tingkat kemacetan lalu lintas Jakarta? Buktinya tidak, karena jalur sepeda motor terganggu dengan bus umum yang berhenti di sembarang tempat sehingga efeknya malah cenderung lebih macet. Silakan dibuktikan.
Bukankah kemacetan Jakarta karena tidak tertibnya kendaraan umum dalam mengambil penumpang atau menurunkan penumpang? Bukankah kemacetan Jakarta karena kurangnya jalan baru atau jalan layang di Jakarta? Bukankah kemacetan Jakarta disebabkan oleh proyek-proyek pemda DKI yang tidak kunjung beres dan terkesan sengaja diperlambat? Sebagai contoh, lihatlah proyek jembatan di depan ITC Roxy Mas yang menyebabkan macet sepanjang hari. Belum lagi dengan adanya proyek pembangunan busway di jalan-jalan protokol Jakarta yang pengerjaan sangat lambat, hal itu sangat mengganggu kelancaran kendaraan. Ditambah lagi ada beberapa daerah yang terdapat proyek monorel yang terkesan berhenti beroperasi.

Terkesan sekali bahwa pihak kepolisian kewalahan dalam mengatur lalu lintas, sehingga dalam hal ini yang dikambinghitamkan adalah banyaknya jumalh sepeda motor. Mungkin saja benar sepeda motor salah satu penyebab kemacetan, tapi tentunya bukan penyebab utama sehingga diberlakukan aturan yang aneh-aneh semacam itu.
Saya mengerti maksud dan dasar pemikiran yang diambil oleh pihak kepolisian dalam hal ini Ditlantas Polda Metro Jaya. Namun dalam hal ini secara pribadi saya tidak setuju dengan aturan baru tersebut karena tidak akan menyelesaikan masalah. Bahkan cenderung memberi kesempatan untuk oknum polisi mencari uang tambahan saja dengan menindak kepada para pengendara sepeda motor yang menggunakan jalur tengah. Mengapa? Karena para pengendara biasanya akan menempuh jalur damai dengan imbalan sejumlah uang yang diberikan kepada oknum polisi tersebut.

Simpulan dari kondisi tersebut diatas adalah:
*Tidak tertibnya pengguna jalan.
*Sangat tingginya populasi kendaraan pribadi terutama sepeda motor yang fantastis jumlahnya.
*Proyek-proyek dari pemda DKI yang sangat lambat dan mengganggu lalu lintas.

Selain berkomentar dan memberikan simpulan yang sudah dipaparkan diatas, saya pun ada beberapa solusi atau saran untuk mengatasi hal tersebut, yaitu:
1. Pajak pembelian kendaraan bermotor khususnya sepeda motor ditingkatkan termasuk Pajak Kendaraan Bermotor yang dipungut tiap tahun pun ditingkatkan sampai 200% atau lebih. Dengan diberlakukannya aturan ini diharapkan dapat mengimbangi mudahnya kredit kendaraan khususnya sepeda motor yang sangat mudah. Tujuan akhirnya agar para pembeli sepeda motor agar tidak terlalu konsumtif dalam membeli sepeda motor, sehingga jumlah sepeda motor di Jakarta terkendali.
2. Adanya koordinasi yang baik antara kepolisian dan pihak DLLAJ untuk menertibkan para pengemudi di jalan raya yang tidak mengikuti aturan dengan tindakan tegas / tilang. Dalam hal ini harus betul-betul tegas, misalnya: berikan surat larangan untuk beroperasi kepada kendaraan umum yang menghentikan kendaraan bukan di halte.
3. Koordinasi yang baik antara pemda DKI dengan para kontraktor yang membangun proyek-proyek milik pemda. Hal ini untuk mengontrol waktu kerja sehingga semua proyek dapat terselesaikan dengan cepat dan tepat, artinya bukan berarti asal-asalan. Harus betul-betul dipikirkan untuk efisiensi waktu pengerjaan khususnya proyek busway dan monorel yang sangat mengganggu kelancaran berlalu lintas.

Demikian paparan saya mengenai pemberlakuan aturan baru bagi sepeda motor dan kemacetan Jakarta. Hal tersebut saya analisis karena rasa kepedulian saya sebagai warga Jakarta dan rasa prihatin terhadap Jakarta yang setiap hari berkutat dengan masalah kemacetan lalu lintas.



By: Mr. Budy Snake
Social Observer

Sunday, February 18, 2007

Menganggap Remeh Hal Detil

Hari Rabu tanggal 14 Februari 2007 ini saya mendapat kiriman sebuah buku kecil dari Bapak JS. Kamdhi. Beliau adalah mantan guru SMU saya di Cirebon. Buku tersebut berjudul Otodidak 25 Tahun Mengabdi Pendidikan di Kota Wali.

Sekilas saya baca halaman demi halaman namun saya sedikit terkejut ketika banyak melihat kesalahan dalam penulisan kata-kata yang tidak sesuai dengan kaidah tata bahasa yang baik dan benar. Terkejut karena sang penulisnya adalah seorang guru mata pelajaran Bahasa Indonesia yang sangat teliti dalam penggunaan bahasa. Namun segera saya berpikir bahwa ini bukan kesalahan pada penulisnya melainkan kesalahan pada editor percetakan. Analisis saya mengatakan bahwa editor tidak teliti atau memang tidak mengerti tentang kata baku yang benar.

Ada salah satu kesalahan pengetikan yang menggelitik buat saya, yaitu penulisan kata “berpikir” yang selalu diketik “berfikir.” Saya anggap ini bukan editornya yang tidak teliti namun memang kesalahan pemahaman. Mengapa? Karena kesalahan ini diulang beberapa kali, setelah saya baca dari awal hingga akhir semua pengetikannya “berfikir” tidak satupun yang diketik dengan benar. Sangat jelas bahwa ini faktor salah pemahaman bukan tidak teliti. Sangat disayangkan sebenarnya hal tersebut bisa terjadi.

Memang seperti itulah keadaan mayoritas masyarakat Indonesia yang kurang peduli dan menganggap remeh hal detil. Dalam penggunaan bahasa seringkali pun demikian, tidak ingin tahu, bahkan tidak peduli dengan kaidah yang benar.

Analisis saya mengenai kesalahan dalam pengetikan kata "berfikir" yang seharusnya diketik "berpikir", bersimpulan bahwa editor mungkin menganalogikan kata tersebut dengan kesalahan pelafalan Bahasa Indonesia oleh sebagian masyarakat kita khususnya yang berada di Jawa Barat yang menggunakan bahasa Sunda sebagai bahasa daerahnya.

Kesalahan yang terjadi dalam pelafalan bunyi "F" dan "V" yang seringkali diucapkan dengan bunyi "P"
Contoh pelafalan yang sering dilakukan oleh masyarakat kita:
*Dufan dibaca dupan
*Fanta dibaca panta
*Ventilasi dibaca pentilasi
*Sertifikat dibaca sertipikat
*Verifikasi dibaca peripikasi, dan lain sebagainya.
Dari contoh-contoh tersebut mungkin saja editor berpendapat bahwa yang benar adalah “berfikir” padahal yang benar sesuai dengan ketentuan Ejaan Yang Disempurnakan yang tepat adalah “berpikir” hal ini sesuai dengan yang ada pada Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ketiga.


By: Budy Snake
Indonesian Language Observer

Suara Hati, Logika Berpikir, dan BERSYUKUR Dalam Segala Keadaan

Malam itu, waktu di jam tangan saya tepat menunjuk pukul 10.00 malam. Diiringi hujan gerimis dan sejuknya udara kota Bandung. Bersama rekan saya, singgah di sebuah warung kecil, kami memesan makanan yang merupakan favorit kami. Kami menunggu lama hanya untuk satu porsi makanan, sambil menunggu saya berusaha kontak dengan rekan di Jakarta untuk memantau kondisi kota Jakarta yang statusnya siaga 1 dalam bencana banjir. Namun nada sibuk selalu terdengar walaupun sudah dicoba berkali-kali. Akhirnya saya coba hubungi lewat jalur komunikasi lain dan berhasil kontak dengan rekan saya. Menurut informasi dari rekan saya, situasi saat itu terpantau cerah namun kondisi jalan masih tergenang. Menurutnya selama tidak hujan, maka permukaan air tidak akan naik. Namun informasi yang diterima oleh rekan saya adalah pemadaman listrik kemungkinan besar akan dilakukan oleh pihak PLN.
Bingung!
Itu yang kami rasakan, belum lagi lapar yang semakin menjadi. Hati kecil saya tetap ingin ke Jakarta walaupun kondisinya kurang kondusif. Pertimbangan saya apabila air di jalan mulai naik maka akan saya pindahkan mobil saya ke tempat yang lebih tinggi, aman. Tetapi bagaimana dengan listrik yang kemungkinan akan dipadamkan apabila air terus naik dan membanjiri gardu listrik? Tidak ada aliran listrik berarti tidak ada air karena kebutuhan air kami sementara ini hanya bergantung kepada pompa air listrik. PDAM pun sudah menghentikan aliran airnya sejak 3 hari sebelum banjir menyerang Jakarta.
Benar saja dugaan saya, kurang lebih pukul 10:30 rekan saya memberi informasi bahwa hujan mulai mengguyur lagi walaupun tidak lebat. Belum sampai 10 menit rekan saya mengirimkan SMS yang isinya menyatakan bahwa listrik baru saja dipadamkan. Berarti kondisi akan gelap gulita dan tidak ada air!

Dalam situasi sambil menunggu makanan kami saling terdiam. Saya berdoa, bertanya pada Yesus apa yang harus saya lakukan? Apakah benar kata suara hati saya yang mengatakan akan aman apabila tetap pulang ke Jakarta?

Setelah menunggu selama 45 menit sambil terus berpikir akhirnya makanan yang kami pesan pun dihidangkan, kami pun makan dengan santai dan tetap berdiskusi tentang apa dan bagaimana menghadapi persoalan ini.

Selesai makan kami pun bergegas pergi untuk mencoba mencari ransum yang akan kami bawa apabila kami tetap ke Jakarta. Namun, karena sudah malam, toko yang kami tuju sudah tutup. Saya pun bingung, sembari terus menjalankan mobil saya secara perlahan mengelilingi salah satu sudut kota Bandung Barat.
Sampai dengan pukul 12:00 tengah malam blm ada keputusan pasti, akhirnya saya pun memacu mobil saya menuju tol, sesaat sebelum persimpangan antara Cileunyi dan Padalarang. Saya bertanya salah satu rekan saya, “Jadi, kemana kita akan pergi?” lalu secara spontan rekan saya menjawab, “Terserah, kemana pun kamu pergi saya ikut.” Detik itu pula saya putuskan untuk mengikuti kata hati yang sejak tiga jam lalu berkata untuk pergi ke Jakarta dengan segala risikonya.

Perjalanan menuju ke Jakarta melalui Tol Cipularang sangat lancar dengan waktu tempuh 1 jam 25 menit walaupun hujan lebat sempat menyertai perjalanan kami. Kami masuk Kota Jakarta tepat pukul 1.30 kondisi jalan masih basah namun tidak ada hujan. Mobil saya tetap melaju perlahan sambil terus melihat situasi setiap sudut yang saya lewati. Saya mulai mendekat ke area tempat tinggal saya, jalan utama yang menghubungi ke rumah saya masih ditutup oleh polisi, pertanda ada genangan air yang dalam dan tidak bisa dilalui kendaraan. Saya pilih jalan lain dengan melawan arus, terus melaju perlahan, makin dekat dengan komplek tempat tinggal saya. Ternyata di dekat komplek pun ada genangan air sedalam 25cm yang terpaksa harus dilalui. Perlahan saya lewati genangan sejauh 100meter tersebut, aman. Tepat pukul 1.45 saya sampai di depan rumah dan segera mermarkirkan mobil saya.

Kondisi gelap gulita sehingga agak menyulitkan pemindahan barang dari mobil menuju kamar. Saat itu pun kami bertemu dengan seorang rekan yang bertugas di PT. Telkom, dari beliau saya mendapat informasi bahwa kantor telkom yang berada di Jl. Gatot Subroto terendam banjir sehingga sentralnya mengalami kerusakan. Ah, pantas saja saya mengalami kesulitan ketika menghubungi rekan dari Bandung malam tadi.

Malam itu saya lalui hanya dengan temaramnya api lilin kecil, saya berusaha merasakan penderitaan para masyarakat Jakarta yang mengalami musibah banjir sehingga kehilangan segalanya, hidup di pengungsian yang susah makan, sulit air bersih, serta sanitasi yang buruk.
Saya bersyukur sekali karena saya tidak mengalami hal itu, saya masih bisa bersantai walaupun di kegelapan tanpa lampu, tanpa music, tanpa komputer, apalagi koneksi internet yang belakangan menemani saya.

Inti sari dari kisah saya ini adalah kita sebagai manusia harus berani mengambil keputusan dengan segala risikonya, tentunya dengan pertimbangan suara hati dan pikiran yang logis. Yang lebih penting adalah tetap bersyukur atas segala hal dalam kondisi apapun.



By: Budy Snake

Saturday, August 19, 2006

Bukan Pengalaman Pertama tapi Pertama

Bukan pengalaman pertama buat saya melakukan perjalanan darat dengan menggunakan jasa kereta api. Sejak usia belia saya sudah mengenal alat transportasi yang satu ini. Sampai sekarang usia saya sudah kepala dua, masih saja terkadang saya gunakan kereta api. Kesan yang selalu saya dapatkan ketika menggunakan kereta api di Indonesia adalah jadual yang tidak tepat waktu, ya selalu tidak tepat waktu alias “ngaret”. Pihak PT Kereta Api Indonesia selalu berkelit dengan berbagai alasan yang tidak masuk akal atas kejadian tersebut.

Namun baru saja saya mengalami suatu peristiwa yang sangat berkesan buat saya. Kali ini saya menggunakan jasa kereta api TEPAT WAKTU sesuai dengan yang tertera di tiket. Sungguh luar biasa untuk ukuran PT Kereta Api Indonesia.

Muncul di benak saya, apakah ini wajah baru dari PT Kereta Api Indonesia? Atau memang kali itu saya sungguh beruntung menumpang kereta api yang kebetulan ON TIME?

Semoga dugaan saya yang pertama yang benar dan ketika saya menggunakan jasa kereta api lagi tetap tepat waktu.
Tidak hanya tarif yang meningkat namun pelayanan juga meningkat dan yang utama adalah keselamatan penumpang dan ketepatan waktu.
Bangsa yang maju adalah bangsa yang menghargai waktu.


Semoga...


By: Mr. Snaky
(anak bangsa yang belajar untuk selalu tepat waktu)

Thursday, August 17, 2006

Pulanglah Cinta

Cinta datang...
Cinta hadir...
Kusambut Cinta
Kurengkuh Cinta

Kuberjalan bersama Cinta
Kujalani hidup bersama Cinta
Menatap masa depan bersama Cinta
Bersama Cinta kubuat impian
Merencanakan hidup bersama Cinta

Kubahagia bersama Cinta

Bersama Cinta...
Kumenemukan arti hidup...
Kumenemukan belahan jiwaku
Kumenemukan tulang rusukku...

Namun kini...
...
...

Cinta entah kemana...
Dimanakah kau Cinta...

Sedangkan aku...
Tetap menanti Cinta
Ku tak mampu hidup tanpa Cinta

Pulanglah Cinta...
Pulanglah...
Kembali bersamaku
Bersamaku sampai selamanya
Menuju kekekalan abadi dalam Cinta



By: Mr. Snaky
Juni 2006